Satu tahun sudah kisah ini
berjalan. Kisah antara kamu dan aku yang terpisah jarak tersatukan rindu.
Bagaimana kamu disana? Apa benar kamu sehat-sehat saja? Apa benar kuliahmu
lancar?Apa benar tidak ada orang lain dalam hubungan kita?
Ada begitu banyak pertanyaan yang
ingin ku sampaikan, ada begitu banyak kejadian yang ingin ku lewatkan
bersamamu. Seperti ulang tahunku, ulang tahunmu, kemenanganku saat bertanding
basket, kemenanganmu saat lomba tari, aku ingin raga kita bersama saat itu
semua terjadi, momen yang berharga. Namun apa daya, kamu dan aku hanya bisa
berjumpa via suara atau bertatap muka melalui layar ponsel.
Aku meyakinkan diri, aku sangat
sering berkata pada diri sendiri, saat-saat seperti ini saja aku sudah bahagia.
Asal itu bersamamu, apapun yang ku lakukan, itu membahagiakan dan tidak akan
kulepaskan. Sering ku yakinkan diri sendiri, sering ku kuatkan tekad ini untuk
terus menunggu saat-saat kita akan bersatu sepenuhnya. Namun kau mematahkan
keyakinan dan tekad ini.
Aku tidak tau, aku tidak mau
mempercayai kenyataan. Aku ingin bertahan pada keyakinan dan tekad ini, namun
lagi-lagi kau patahkan tanpa kejelasan. Ya, aku bertanya padamu, aku menuntut
penjelasan, namun apa yang kau berikan? Apa yang kau katakan?
Terimakasih karena telah memberiku
jawaban atas segala pertanyaan atas segala penantian selama ini. Kamu memilih
dia dan aku harus menjalani kehidupan tanpamu. Yah, tak apa, setidaknya aku
bersyukur karena selama bersamamu, yang menemaniku hanya tulisan-tulisan, suara
dan wajahmu di layar handphone. Aku tinggal menghapusnya dan hilanglah semua
kenangan kita.
Tidak. Tidak semudah itu. Pada
kenyataannya aku masih merindukanmu, aku masih sering melihat-lihat media
sosialmu. Walau sudah penuh dengan fotomu bersamanya yang baru, namun aku tetap
suka memandangi wajahmu itu dan berakhir dengan tangisan dalam hati. Pedih,
perih, entah harus berapa lama ku jalani kehidupan seperti ini, mengenangmu
dalam tangisan tertahan.
Sudah berapa lama kita tidak
bertemu? Satu tahun? Dua tahun? Tidak, tidak selama itu, mungkin hanya lima
bulan, karena perasaanku masih sangat indah tentangmu. Ku pandangi wajahmu dari
dekat, ku usap air matamu, kau bercerita bahwa hubunganmu bersama pilihan
barumu sudah kandas dan ingin kembali berbaikan denganku.
Ah sayang, kamu tidak tau bahwa
kenangan kita belum pernah terhapus, wajahmu selalu membayangi di malam hari.
Namun, aku tidak ingin mengulangi kesalahan kedua, mungkin bersatu bukan takdir
kita, jika pada akhirnya kita di izinkan untuk bersama, biarkan ku menata
kembali hati yang hancur, biar ku sembuhkan dulu lukaku tentangmu sepenuhnya.
Sayang, kamu tau, kamu begitu
indah, kenangan kita sungguh berharga, namun maaf, sakitku lebih terasa saat
bersamamu saat ini. Namun percayalah, kita masih akan menjadi teman baik, datanglah
jika kau butuh, datanglah jika kau sedih, aku akan ada disini untukmu. Namun
maaf hanya sebagai teman baik, bukan menjadi tempat sandaran hidupmu seperti
dulu.
Komentar
Posting Komentar