Langsung ke konten utama

Fajar dan Senja

31 Mei 2018

Ini pertama kalinya dalam 24 tahun umurku, aku memutuskan naik gunung sebagai upaya melepas penat dari segala kegiatan ibu kota. Yah, hidupku selalu membosankan, sekolah, kuliah, kerja, aku rasa aku sudah terlalu lama berada di zona nyaman, aku mulai lelah, bosan, dan disinilah aku, di jalan pendakian menuju puncak Rinjani.


Aku bersama beberapa teman semasa SMA, David, Rava, Feli dan Sarah, reuni dengan cara antimainstream yaitu mendaki gunung Rinjani. Sejujurnya aku takut, aku selalu berada di zona aman dan nyaman ku, tak pernah keluar, tak pernah berdekatan dengan alam, selalu menelusuri jalanan datar Ibu kota bahkan mata yang tak pernah menatap alam.


"Laila jangan ngelamun", Feli mengingatkanku
"Ah maaf maaf"
"bentar lagi sampai pos 1 kok", hibur Sarah
"oke"


Sampai pos 1, kami istirahat sebentar sambil menikmati perbekalan kami. Setengah jam cukup untuk beristirahat. Kami segera melanjutkan perjalanan menuju pos 2 dan pos 3.

"akhirnya sampai pos 3 juga", ucap Feli lega
"makan dulu yuk, masih ada kan bekalnya?", Tanya Rava
"masih nih, yuk makan dulu", ajak Sarah
"...."

"gimana, kita lanjut perjalanan sekarang?", Tanya David
"ayyooooo"


Setelah melewati beberapa bukit, tanjakan dan beberapa pendaki lainnya, kami tiba di Plawangan Sembalun sekitar pukul 18:00. Kami mendirikan tenda, makan dan beristirahat agar keesokan hari kami siap menuju puncak. Pukul 2 dini hari kami bangun dan bersiap memulai perjalanan. Aku tidak tahu berapa lama kami akan sampai di puncak, yang jelas aku hanya ingin berjalan secepat mungkin untuk mengusir rasa dingin ini. Ada beberapa tim yang juga melakukan pendakian bersama kami, mungkin mereka sudah berpengalaman, mereka terlihat santai saat mendaki, sementara aku dan teman-teman sedikit menggigil kedinginan.

Ditengah pendakian, matahari mulai muncul, ah sudah fajar rupanya, indah sekali pemandangan ini, kunikmati sebentar saja, biarlah yang lain berjalan mendahului. Indah sekali saat fajar datang dan hangat mulai terasa, sungguh aku bersyukur masih diizinkan melihat keindahan ini di tengah kesibukkan ku di Ibu Kota sana.

"indah ya, matahari mulai siap menyinari hari", ujar hmm aku tak tahu dia siapa
"ah hmm iya indah", jawabku bingung
"hai namaku Fajar, maaf, kamu?"
"aku Laila, nama kamu bagus, sesuai sama waktunya sekarang", ah apa yang kubicarakan ini, tapi kalau boleh jujur, Fajar lumayan tampan juga
"hahaa iya, jadi sekarang Fajar sedang menikmati Fajar", canda nya, hmm senyumnya bagus
"hahahaa iya"
"kamu nggak lanjut lagi? kamu sama tim yang mana tadi?", tanya Fajar, ah aku sampai lupa, kemana teman-temanku tadi, ah aku bisa kesasar nih, aku harus segera menyusul
"Fajar aku duluan ya, takut ketinggalan, takut kesasar, duluan ya"
"eh mau kemana, sama aku aja, tim ku juga udah duluan tadi, yuk bareng"
"oh oke, jangan sasarin aku ya"
"haha nggak lah, ayok", ah senyumnya indah sekali


waktu menunjukan pukul 08:00 pagi, aku dan Fajar akhirnya sampai di puncak, kulihat teman yang lainnya sudah berfoto, segera kususul mereka, hmm ya dan aku melupakan Fajar.

"Eh La, kok ketinggalan sih"
"hahaa sory tadi liat sunrise bagus banget"
"yaudah yuk foto-foto"
"ayoooo"

Setelah berpuas foto dan menikmati alam, kami turun kembali menuju Plawangan Sembalun. Dan disaat turun inilah baru ku ingat, tadi aku menuju puncak bersama Fajar, dan sekarang dia dimana, apa dia sudah turun bersama tim nya, ah kenapa aku bisa lupa sih, apa kita bisa bertemu lagi nanti?


Sekitar pukul 12 kami tiba di tenda, makan dan berisitirahat sebentar untuk perjalanan kembali dan melanjutkan wisata ke Gili Trawangan. Setelah melewati beberapa pedesaan dan menyebrangi lautan, akhirnya kami sampai di penginapan milik saudara David di Gili Trawangan. Kami langsung istirahat dan mencari makanan, hahaa kami semua kelaparan.


Keesokan harinya kami berwisata di Gili Trawangan, lagi-lagi aku bersyukur masih bisa menjajakan kaki diatas pasir dan air laut yang sunguh indah ini. Tidak hanya memakai high heels menuju kantor.
Tidak terasa sudah sore, kami mulai kelelahan, dengan baju setengah basah, kami duduk dipinggir pantai menikmati keindahan alam ini. Aku berjalan menyusuri pantai menikmati langit, bias jingga mulai terlihat, indah, aku suka warna jingga, aku suka senja. Aku menuju ayunan dan duduk disana menikmati senja.

"Indah ya", ujar, hmm siapa itu, aku menoleh dan .....
"Fajar", ucapku sedikit terlalu girang
"hai Laila, kesini juga?", tanya nya
"iyanih, aku lebih suka kesini, hmm ke pantai maksudnya, bisa main air sepuasnya, hahaa"
"haha, menurutku sih lebih asik gunung, lebih menantang"
"wah beda pendapat nih", candaku
"hahaaa berarti saling melengkapi dong"

hmm apa katanya tadi? Iya, aku ingin melengkapi kamu Fajar, ah maaf mungkin aku hanya terlena senyum indahnya.

"Laila? kok ngelamun?"'
"oh maaf, nggak, lagi mikir, kamu kesini sama siapa, kok daritadi di gunung keliatan sendiri aja"
"oh aku sama temen temen, mereka pada bawa pacar, nasib lah nggak ada yang bisa di ajak nge trip hahaa", kata-kata Fajar seolah lampu hijau untuk ku terus maju hahaa..
"oh hahaa gitu ya", jawabku berusaha setenang mungkin
"btw, kamu asli mana La?", tanya Fajar
"aku dari Surabaya, kamu?"
"Aku juga dari Surabaya, boleh minta kontak kamu La?"
"Oh boleh, di save ya, tapi jangan aneh-aneh"
"Hahaa, nggak, makasih ya, aku balik dulu, kamu juga La, ngapain liatin diri sendiri terus"
"ha? maksudnya?", tanyaku bingung
"Haha, udah balik, senja udah meredup, besok Fajar yang akan datang, see you La"
"see you Fajar"

Aku pun berjalan kembali ke teman temanku.

"Ciee Laila, siapa tu, gebetan baru ya", goda Sarah
"wah parah nih anak, udah dapet gebetan aja", canda Rava
"hahaa apaan sih, udah yuk balik penginapan"
"ayoo"

Kami pun kembali penginapan dan pulang pada keesokan harinya, untuk kembali menjalani hari-hari yang kami sebut zona aman dan nyaman. Kembali memeras keringat namun bukan untuk menikmati alam tetapi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tapi kini kupastikan akan kujalani kehidupan monoton ini dengan sedikit cahaya segar dari sang Fajar yang akan membawa sedikit senyuman dan rasa syukur. Cahaya Fajar yang akan mengawali dan menuntun hari agar senja ku tak lagi muram, namun menjadi senja yang lebih cerah.


Laila,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resah Berdua

Rasa yang tak ku pahami. Rasa yang muncul secara tiba-tiba, karena terbiasa, terbiasa bersamamu, terbiasa mendengar candamu, terbiasa dengan senyum mu. Aku tak pernah menyangka, rasa ini akan jatuh padamu. Seolah aku di permainkan oleh rasa ini, rasa yang indah, rasa yang nyaman, rasa yang dapat menerbangkan mu hingga lupa akan dunia ini. Aku tak pernah menyangka itu kamu, kamu yang ku inginkan, yang tak terduga hadir dan memberi keindahan dalam keresahanku. Sungguh indah saat bersamamu, menjalani kisah yang tak sempurna. Ya, kisah kita tak sempurna, kamu tau, aku selalu ingin bersamamu namun selalu ada keresahan di matamu, seolah kau tak yakin akan kisah indah ini. Ada banyak kata yang tak sempat tergambarkan, begitu banyak pertanyaan, hingga ku tak tau kemana harus mencari jawaban. Aku tak tau bagaimana menghadapi rasa ini, aku tak tau akan bagaimana kisah kita selanjutnya, berakhir sebagai kenangan terindah atau berakhir sebagai kisah yang akan kita jalani sebagai masa depa

Patah Hati Bahagia

Saya rindu. Saya rindu menulis. Saya rindu merangkai kata. Saya rindu berbagi cerita. Walau hanya cerita patah hati, cerita mengenang luka, maafkan cerita-cerita menyedihkan ini. Tetapi, apa hanya saya yang pernah mengagumi dari kejauhan meski telah dicampakkan berulang kali? Apa hanya saya yang pernah menaruh kepercayaan pada seseorang yang sedang bermain-main dengan hati ini? Yah saya harap hanya saya, semoga kalian tidak pernah, karena sakit itu akan sulit pergi, luka itu akan membekas, kenangan itu akan terukir dalam. Apa kalian tau rasanya hati yang tetap menyayangi meski telah di tolak berulang kali? Apa kalian tau rasanya percaya pada seseorang yang bahkan tak pernah serius dengan mu? Jangan pernah mau merasakan itu semua, baik baiklah dalam memilih. Jangan mau terjebak sesuatu yang disebut Cinta. Cinta mungkin bisa membuatmu sakit atau menorehkan luka, namun cinta akan memberimu kebahagiaan dengan caranya sendiri. Jangan mau terbodohi dengan ‘semua akan indah pada waktuny

Bukan Kita !

Aku coba menebak rasa ini, aku coba menerka-nerka, aku coba mencari, namun ku tetap tak dapat menafsirkannya. ada yang bilang, ini cinta, ada juga yang bilang ini hanya hasrat pelampiasan, ah entahlah, yang pasti, ku tau, ku ingin terus memandangimu.. kamu dan aku pernah berada dalam situasi yang sama, pernah sama-sama di kecewakan, sama-sama di ajak terbang tinggi, lalu di jatuhkan. kini kita bertemu, apa yang kau rasakan? atau sebenarnya kamu yang menggunakanku untuk pelampiasanmu? ah entahlah, yang ku tau, bayangmu semakin mendekat.. tidak ! aku tau ini salah, tidak seharusnya aku seperti ini. perlahan ku coba menjauhkan bayangmu, menghapus anganku, menghindari senyummu.. ah sudahlah, biarkan seperti ini dulu, aku tak mau menebak-nebak lagi, akan ku biarkan rasa ini mencair seiring waktu, biarkan waktu yang memberi jawaban untukku.. dan mungkin untukmu juga.. yang pasti, tak ingin lagi ku memandangimu diam-diam.. karena, aku tau, kamu dan aku tak akan menjadi kita, bukan, b